F-16 Kawal "Indonesia One"
Sebanyak empat pesawat tempur F-16, Kamis pagi, unjuk kebolehan mengawal perjalanan pesawat kepresidenan dari Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang menuju Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun, di hari kedua kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Jawa Timur.
Keempat pesawat tempur itu terbang dengan posisi dua di kanan dan dua di sisi kiri pesawat boeing 737-800 yang membawa Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono.
Dari ketinggian sekitar 22 ribu kaki, pilot pesawat tempur F-16 itu mengucapkan selamat datang kepada Kepala Negara.
"Merupakan satu kehormatan bagi kami, pesawat tempur TNI Angkatan Udara untuk melaksanakan tugas escort pesawat Indonesia one," ungkap pesan dari salah satu pilot yang diperdengarkan dalam pesawat kepresidenan.
Menurut keterangan mereka, pesawat kepresidenan akan memasuki kawasan terbatas area Iswahyudi tempat penjaga angkasa "bersarang " atau berpangkalan dan menempa diri untuk menghadapi segala ancaman udara.
Sambil mengawal pesawat kepresidenan, para pilot itu menyatakan kesiapan TNI AU untuk menjaga setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia.
Para awak F-16 itu kemudian menutup salamnya dengan memberikan hormat kepada Presiden.
Sumber : ANTARA
Prototype Pesawat N-219 Rampung 2014
Mock-up pesawat N-219 PTDI
BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) direncanakan bakal memproduksi 15 unit pesawat jenis N-219 yang akan digunakan untuk penerbangan perintis di Provinsi Papua.
"Pengembangan N-219 sudah mulai dilakukan yang prototipenya ditargetkan rampung pada 2014," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana di Bandung, Kamis (12/1).
Menurut Andi, biaya produksi satu unit pesawat berkapasitas 19 penumpang ini mencapai sekitar 4 juta dolar AS. Atau sekitar Rp36 milyar.
"Untuk itu dibutuhkan dana sekitar 60 juta dolar AS atau sekitar Rp540 miliar untuk menyelesaikan seluruh proyek tersebut," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan proposal kepada pemerintah untuk mendapat pembiayaan dari APBN. "Pengembangan pesawat N-219 tersebut mendapat dukungan penuh pemerintah seperti Kementerian Ristek, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan," katanya.
Menurutnya pesawat jenis N-219 merupakan tipe pesawat yang sangat cocok dan handal untuk wilayah perintis seperti Papua dan sekitarnya.
Pasalnya, dari 310 bandara di seluruh wilayah Papua sebanyak 90 persen di antaranya memiliki landasan pacu kurang dari 800 meter.
"Landasan pacu di wilayah Papua umumnya berukuran pendek, bahkan ada yang hanya 400 meter. Tentu dibutuhkan pesawat yang cocok untuk digunakan di wilayah itu," tegasnya.
Selain pembiayaan dari pemerintah, juga akan diupayakan diperoleh dari perusahaan yang akan mengoperasikan pesawat komersial tersebut.
Sumber : JURNAS
Wednesday, January 11, 2012
Pengadaan Ranpur MBT Harus Ikuti Prosedur
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyatakan proses pengadaan 100 unit Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 bekas pakai AD Belanda, harus sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.
"Kami sudah memiliki aturan dan prosedur yang baku, sehingga semua pengadaan alutsista termasuk MBT, harus mengikuti," kata Sekjen Kemhan Eris Herryanto kepada ANTARA News, di Jakarta, Rabu (11/1).
Eris menjelaskan seluruh pengadaan alutsista harus merujuk pada kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Forces/MEF). Semisal untuk rencana strategis 2010-2014 telah ditetapkan alutsista apa saja, berapa banyak dan dari mana pendanaannya diambil.
"Proses tersebut melibatkan seluruh kementerian terkait, seperti Kemenkeu dan Bappenas, hingga akhirnya ditetapkan alokasi pinjaman pemerintah, dalam hal ini Renstra 2010-2014, baru proses pengadaannya berjalan. Proses pengadaan awalnya dilakukan di masing-masing angkatan. Darat, laut dan udara. Tentunya dengan membentuk panitia pengadaan, proses pra-kualifikasi, pembukaan tender dan jika lulus diajukan ke Mabes TNI dan Kemhan," ujarnya.
Eris menambahkan Kemhan akan memonitor apakah seluruh proses pengadaan tersebut sudah benar hingga ke Mabes TNI dan apakah spesifikasi teknis dan operasional yang diajukan sesuai kebutuhan dan merujuk kepada MEF.
"Jika semua itu sudah dilalui, maka kita akan bentuk tim evaluasi pengadaan dengan mengundang pihak produsen, hasilnya baru kita ajukan ke Menhan untuk diputuskan, dan kemudian dituangkan dalam kontrak," ungkapnya.
Tentang adanya pihak-pihak tertentu yang menginginkan proyek pengadaan "MBT" itu dengan mendekati komisi pertahanan dan lainnya, Eris mengatakan,"Ya silakan saja. Tetapi kan setiap pengadaan alutsista sudah ada aturan dan prosedurnya dan harus merujuk pada MEF,".
Peralatan Militer Baru TNI AD
TNI AD rencananya bakal melengkapi sistem pertahanan dengan memborong beragam arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan tempur yang akan dibeli ini menggunakan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun.
Jenis alutsista yang akan dibeli TNI AD antara lain, 100 unit MBT Leopard 2A6 dengan harga per unit 280 juta dollar AS. Ranpur roket multi laras untuk melengkapi kekuatan 2,5 batalion.
Untuk meriam Howitzer 155, rencananya bakal dipasok oleh Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat. Untuk heli, TNI AD bakal mendapat harga khusus. Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.
Prinsip Modul Pada Tank Modern Russia
Prinsip
platform tempur berbasis modul kini sudah merambah kendaraan tempur,
setelah prinsip ini sebelumnya diadopsi dalam pembuatan pesawat dan
kapal perang. Pengaplikasian sistem ini memungkinkan perangkat tempur
modern dapat di adopsi di platform yang sudah ada.
Ranpur amfibi milik Marinir TNI AL, BMP-3F sudah mengadopsi sistem modular ini. Kedepannya perakitan dan pemutakhiran senjata bisa lebih up-to-date tanpa harus banyak merubah platform yang sudah ada. Prinsip modul ini berlaku juga untuk perangkat penggerak ranpur (mesin).
Ranpur amfibi milik Marinir TNI AL, BMP-3F sudah mengadopsi sistem modular ini. Kedepannya perakitan dan pemutakhiran senjata bisa lebih up-to-date tanpa harus banyak merubah platform yang sudah ada. Prinsip modul ini berlaku juga untuk perangkat penggerak ranpur (mesin).
Tuesday, January 10, 2012
Hercules Hibah Australia Bakal Diperbaiki Qantas Airways
JAKARTA
- Meskipun tim teknis TNI AU baru akan berangkat pada Februari
mendatang, pesawat angkut C-130H 'Hercules' yang dihibahkan pemerintah
Australia direncanakan bakal diretrofit di fasilitas perbaikan pesawat
milik maskapai Australia, Qantas Airways.
Sekarang ini tengah dikalkulasi berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan membawanya ke Indonesia. "Nominalnya baru diketahui setelah mendapat laporan dari tim teknis kita yang meninjau pesawat di Australia," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Selasa (10/1).
Kontrak kerja sama hibah empat unit pesawat itu juga akan ditandatangani setelah tim teknis melaporkan temuannya. Namun begitu, pemerintah Indonesia dan Australia telah melakukan komunikasi terkait hibah ini. "Amerika sebagai produsen pesawat Hercules saat ini juga telah menyetujui rencana hibah dari Australia ke Indonesia.
Sumber : JURNAS.COM
Sekarang ini tengah dikalkulasi berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan membawanya ke Indonesia. "Nominalnya baru diketahui setelah mendapat laporan dari tim teknis kita yang meninjau pesawat di Australia," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Selasa (10/1).
Kontrak kerja sama hibah empat unit pesawat itu juga akan ditandatangani setelah tim teknis melaporkan temuannya. Namun begitu, pemerintah Indonesia dan Australia telah melakukan komunikasi terkait hibah ini. "Amerika sebagai produsen pesawat Hercules saat ini juga telah menyetujui rencana hibah dari Australia ke Indonesia.
Sumber : JURNAS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar